Menjadi 21

Wednesday, April 10, 2019


Welcome to 21s club. Orang bilang, memasuki awal 20 tahun itu adalah masa yang paling produktif. Masa transisi menuju kedewasaan yang sesungguhnya. Mulai punya pemikiran-pemikiran tentang akan jadi apa di masa mendatang, bersikap lebih dewasa, mencari jati diri, menentukan setiap pilihan dan siap menerima risiko dari pilihan tersebut. Dan ternyata, menjalankan kehidupan di dua dekade itu memang nggak mudah. Bukan untuk mengeluh, hanya ingin menyampaikan rasa.

Tepat empat hari yang lalu, saya menginjakkan kaki di atas angka 21. Dua buah angka yang bukan lagi usia muda, tapi juga tidak tua.
Menjadi 21 dan meninggalkan 20 rasanya seperti melompati sebuah portal waktu ke tempat yang masih abu-abu. Kalau biasanya ulang tahun adalah waktu yang paling ditunggu-tunggu, semakin menua ulang tahun menjadi hal yang biasa-biasa saja.

Memasuki awal 20 itu berarti mulai meninggalkan apa yang tidak penting dan mulai memikirkan kehidupan secara lebih serius. Kalau tahun lalu saya berpikir tentang pencapaian apa yang saya dapat selama 20 tahun hidup, tahun ini saya mulai berpikir tentang bagaimana cara untuk memiliki hidup yang lebih baik.

Beban-beban di pundak rasanya semakin berat. Ada orang-orang yang perlu dibahagiakan, juga ada diri ini yang mulai gerah sebab tak kunjung menemukan jati diri. Jika kemarin masih bisa tidur nyenyak dengan tidak melakukan apa-apa, hari ini sangat menyesal jika waktu tidak digunakan sebaik-baiknya.

Menjadi 21 juga berarti harus siap mengambil keputusan-keputusan, besar atau kecil harus dipikirkan dengan matang tentang risiko yang akan didapatkan. Di usia ini pun pemikiran-pemikiran yang membandingi diri dengan teman-teman yang lain mulai bermunculan. "ah, dia umur segini udah bisa ini itu, kok saya belum ya?" "dia umur segini udah keluar negeri berkali-kali kok saya paspor aja nggak punya?" "dia umur segini udah punya prestasi segudang, kenapa saya nggak?" dan pemikiran-pemikiran lainnya.
Boleh saja berpikir seperti itu, membandingkan diri dengan yang lain, asalkan hal itu dijadikan motivasi untuk bangkit dan terus memperbaiki diri, bukan untuk mengecilkan diri sendiri.

Rasanya, masih ingat dengan jelas kemarin saya menulis tentang ulang tahun ke 16 di blog ini, sekarang si empunya blog udah 21 aja. Blog ini telah menjadi teman menua bersama saya, menjadi tempat cerita sejak pertama kali mengenal internet. Beban hidup kami bagi bersama.

Jadi, begini ya, rasanya belajar dewasa?

You Might Also Like

0 Comments