Merelakan kehilangan

Tuesday, October 08, 2019


Hidup tuh memang selucu ini ya.
Kalau kemarin masih baik-baik aja, belum tentu hari ini.
Yang hari ini masih ada, belum tentu besok tetap tinggal.
Ketika cuma harapan yang jadi satu-satunya penguat hidup, lalu, saat harapan itu lepas, pergi, hingga akhirnya benar-benar hilang. Rasanya...hampa. Sesak. Sakit. Hampir gila.
Kehilangan memang nggak pernah mudah. Seberapapun ukurannya.

Ketika hampir setengah kisah hidup dibagi dengannya, maka, ketika si pendengar kisah hilang, rasanya seperti...setengahnya diri ini ikut menghilang. Apalagi yang pernah diceritakan adalah bagian-bagian hidup yang nggak sembarang orang tahu.
Harus mencari sebagian yang telah dicuri, menyatukan kembali kepingan-kepingan yang telah hancur berserakan.
Hasilnya? Tentu, tidak akan sama seperti awal mula. Memang satu, tapi tidak lagi utuh.

Nyatanya, merelakan kehilangan itu nggak semudah bicara. Butuh proses panjang dan kompleks.
Setengah hati menjalani proses tersebut sambil terseok-seok, sesekali mengambil nafas dalam dan menghembuskannya penuh beban.

Menangis berkali-kali pun tidak akan mengubah kenyataan. Maka jalan satu-satunya hanyalah menerima lalu melepaskan hingga akhirnya merelakan.

Ya sudahlah.
Untuk teman-teman yang sedang merelakan, proses ini memang tidak mudah dan menyakitkan.
Tapi, harus kuat dan tegar. Semuanya demi diri ini. Karena cinta diri sendiri. Nggak mau merasakan sakit terlalu lama, apalagi sesak yang suka datang tiba-tiba.
Cukup.
Kita jangan lagi menjadi bagian dari mereka yang terjebak masa lalu terlalu lama, sampai-sampai menyakiti yang tulus baik hatinya.

Aku menunggu, kejutan lain dari semesta di depan sana.

You Might Also Like

0 Comments