Surat-surat yang kehilangan tujuan #4

Tuesday, March 03, 2020


Untukmu,
Semoga dalam keadaan baik.

Dari semua kalimat yang tidak sempat tersampaikan, aku ingin katakan terima kasih. Karena pernah hadir dan sempat menghabiskan waktu bersama walaupun sebentar.
Kehadiranmu bagi ku seperti cahaya. Memberikan terang di lorong yang gelap nan berdebu. Menenangkan jiwa dan memberi kekuatan pada diri yang rapuh.

Tak semestinya aku merasa terluka apalagi berduka. Karena sesungguhnya kadar mencintai tertinggi adalah turut bahagia ketika melihat yang dicintai bahagia.
Meski bahagianya bukan karena aku.

Aku hanyalah sebuah jembatan yang menjadi teman kala kau kesepian. Sementara kau terus berjalan menuju dia yang telah menunggumu di ujung jalan. Aku hanya perantara yang menemanimu menuju bahagia. Maka, tidak semestinya aku merasa terluka apalagi berduka atas semua yang telah terjadi. Kini kau telah berbahagia. Dan tugasku sudah selesai.

Mungkin benar, kau bukan ditakdirkan untukku. Sejak awal memang tak ada cinta diantara kita. Hanya aku yang terlalu peduli, terlalu mudah menaruh harapan hingga akhirnya tersakiti sendiri. Aku mengerti. Kau tidak berniat menyakiti. Kau hanya memperjuangkan cinta. Untuk apa memikirkan bagaimana perasaan ku tentang kepergianmu.
Kau memilih apa yang paling baik untukmu, begitu kan?

Namun, apabila hal itu berlaku pula untukku, boleh kah aku memperjuangkan cinta ini? Nyatanya, rasa ini begitu menggangu. Dia tak kunjung pudar meski kau telah hilang dari sisi.

Di penghujung malam setiap harinya, aku bermimpi tentang kita. Merajut kasih sambil tertawa bersama. Duduk di beranda menonton senja sambil bercerita tentang rutinitas yang begitu-begitu saja. Kau dengan kopi susu favorite-mu dan aku dengan chamomile hangat yang menenangkan.
Di sebuah bangunan yang kita sebut rumah, yang menjadi tujuan untuk pulang, yang kau rancang dan kau bangun sendiri. Karya yang selalu kau agung-agungkan, dan aku hanya bisa tertawa tiap kali kau memuji dengan berlebihan.

Kini aku menyadari. Aku tidak semestinya terluka apalagi berduka atas kepergianmu. Aku semestinya terluka dan berduka atas mimpi-mimpi dan definisi tentang kita yang tak akan nyata.

You Might Also Like

0 Comments