Pages

  • Home
  • About
  • Contact
instagram goodreads linkedin

Travel in Between

    • Home
    • Gap Year
    • Lifestyle
    • Self-Improvement
    • Travel
    • Writing


    Tulisan ini adalah salah satu request dari salah satu pembaca yang sempat nge-dm saya beberapa tahun lalu. Udah lama banget. Kurang lebih yang ingin diketahui adalah gimana sih kehidupan mahasiswa?

    Dulu, saya pikir membuat tulisan ini akan mudah. Tapi ternyata butuh waktu lama untuk saya bisa menuliskan tentang topik ini, pada akhirnya tulisan ini baru saya tulis pasca saya lulus kuliah sarjana alias pas bukan mahasiswa lagi!

    Menjadi Maha diatas Siswa, apa istimewanya?
    Menjawab pertanyaan tersebut, setelah saya kilas balik dari pengalaman saya selama 4 tahun jadi mahasiswa, ada sebuah perbedaan yang cukup signifikan antara mahasiswa dan siswa. Menurut saya sih mungkin saja hal inilah yang mendasari ada kata "maha" diatas "siswa". Dan itu adalah kebebasan.

    Saat jadi mahasiswa, kamu adalah jiwa liar yang bebas dan bertanggung jawab. Ini adalah saat-saat terbaik untuk kamu berproses dalam membentuk karakter yang kuat dan bisa bermanfaat bagi masyarakat. Kampus adalah tempat dimana kamu akan selalu merasa lapar! Itu adalah tempat terbaik untuk mengisi pikiran dan mentalmu dengan ilmu-ilmu baru, pengalaman yang tak terlupakan, dan menebar jaring untuk membangun relasi seluas-luasnya. Di perkuliahan kamu akan ketemu dengan banyak tipe orang, dari a-z, dari yang paling pendiem sampai yang paling narsis.

    Menjadi mahasiswa adalah saat dimana ketika kamu boleh melakukan kesalahan dan itu adalah hal yang bisa diwajarkan. Mahasiswa juga adalah status yang akan membuatmu bisa diterima di semua lapisan masyarakat!
    Wow, sounds powerful, right?
    Yap, memang. Mungkin kamu belum menyadarinya, tapi status mahasiswa itu adalah saat dimana kamu bisa memanfaatkan waktu untuk melakukan pendekatan dengan kaum-kaum minoritas yang selama ini mendapat diskriminasi, dan secara bersamaan kedatanganmu pun akan diterima oleh orang-orang berdasi yang memiliki jabatan tinggi. 

    Nggak sedikit saya dengar orang bilang, buat apa sih sarjana? Hari gini sarjana banyak yang nganggur!
    Pendapat saya, kuliah itu bukan sekadar tempat mencari gelar untuk kelak kerja. Tapi maknanya lebih daripada itu.
    Perkuliahan adalah tempat dimana ruang-ruang diskusi terbuka lebar. Kita bisa berpendapat tentang apapun, kita bisa menyuarakan hal-hal yang kita perjuangkan, kita bisa membicarakan hal-hal yang dianggap tabu sekalipun. Ini adalah saat dimana kita menentukan arah kemana tujuan selanjutnya akan berlabuh, ini juga saatnya untuk mengenyangkan otak dengan ilmu-ilmu yang selama ini bikin kita penasaran.

    Menjadi mahasiswa adalah waktu untuk kita untuk berpikir kritis dan membuka jendela analisis. Dan kampus adalah sarana yang membentuk pola pikir.
    Dosen saya pernah bilang, ketika kamu kuliah itu artinya kamu dituntut untuk berfikir 5 bab. Runut dari pendahuluan sampai simpulan. Bukan hanya sekadar fafifuwasweswos tanpa dasar tanpa data atau debat kusir yang tiada akhir.

    So, jika kalian masih berada di bangku perkuliahan dengan status mahasiswa, manfaatkanlah waktu itu dengan sebaik-baiknya. Ikuti komunitas apapun itu yang menarik minat kalian, ikut volunteer di dalam dan di luar kampus agar paham bahwa dunia isinya ga cuma kamu doang. Ini waktunya kalian untuk belajar, untuk berpendapat, dan jangan pernah takut untuk salah. Tapi, jangan sampai kebebasan itu kebablasan, karena itu yang akan merenggut kebebasan kalian.


    Hidup Mahasiswa!
    Continue Reading

    Well, setiap dari kita tentunya pernah ada di fase merasa rendah diri. Menghadapi pikiran-pikiran berlebihan yang setiap saat menghantui sampe rasanya pengen nangis, nggak bisa tidur, tapi, nggak bisa ngapa-ngapain!

    Ditambah lagi dengan habit buruk yang suka banding-bandingin diri dengan orang lain. Merasa orang lain itu lebih di atas kita.
    Ya enak elo mah cantik? Lah gue?
    Muka gue lagi breakout nih, gue insecure! 
    Gue ngga lulus-lulus nih, jadi insecure ketemu temen.

    So, What is Insecurity?

    Insecurity adalah keadaan dimana kita merasa kurang  mendapatkan validitas  dari lingkungan.
    Untuk merasa cantik, pintar, langsing, dan sempurna, kita butuh validasi dari orang lain. Validasi itulah yang membuat kita percaya diri dan merasa bahwa diri kita diakui oleh lingkungan.
    Validasi dari orang lain nggak selamanya buruk, lho ya, tentunya sesekali pengakuan atau pujian dari orang lain bisa membangkitkan rasa percaya diri dan bikin kita semangat.
    Tapi, kalo setiap saat merasa butuh validasi dari orang lain itu berarti sama aja kita nggak percaya dengan kemampuan dan potensi yang kita miliki.
    Misalnya nih, kamu lagi hangout sama temen-temen, tapi kamu merasa insecure karena kurang cakep. Padahal, realitanya setiap orang punya pemikiran tentang kekhawatiran mereka sendiri, lho.

    "Nggak ada orang yang peduli dengan dirinya sendiri lebih dari dia peduli dengan orang lain."

    Terus, gimana ya biar nggak insecure?

    Semua itu bisa disiasati dengan kembali lagi ke tujuan awal kita melakukan sesuatu. Tanamkan mindset bahwa kita melakukan sesuatu bukan untuk memuaskan orang lain. Kita make up untuk kepuasan diri kita sendiri, bukan biar dipuja-puji cantik sama sekitar. Kita berkarya untuk menyalurkan seni dan imajinasi, bukan untuk menghitung angka di kolom likes.

    Untuk mencapai itu semua kita harus menyingkirkan apresiasi dan penerimaan orang-orang tentang kita. Karena percaya aja deh, mereka juga merasa insecure tau, sama kayak kita!

    "Kita selalu merasa kita melawan dunia, padahal kita adalah salah satu bagian dari dunia itu."

    Rasa insecure nggak melulu buruk. Kita bisa mengubah hal tersebut menjadi sebuah bahan bakar untuk kita meraih apa yang kita ingin capai. Namun, kalo kita melakukan sesuatu motivasinya cuma karena insecure, itu nggak akan bertahan lama. Maka dari itu, boleh banget lho menjadikan insecure itu sebagai bahan bakar awal, ketika di tengah jalan kita harus menemukan motivasi yang lebih positif sehingga kita melakukan sesuatu bukan karena dendam atau obsesi sesaat. Perlu untuk memaparkan tentang apa yang selama ini kita rasakan dan tentang ketakutan diri sendiri.

    Guys, we have to remember:
    Mustahil untuk memuaskan semua orang.
    Terkadang, kita takut untuk mengakui apa yang kita inginkan dalam hidup, makanya kita lebih memilih untuk mengikuti keinginan orang lain atau konfirmasi dari orang lain.

    If you want that shoes, just buy it.
    If you want to wear that dress, just wear it!

    Last, but not least. Jangan malas untuk terus mengenali diri sendiri. Sebuah seni dihasilkan bukan karena ketakutan atau butuh apresiasi dari orang lain.

    - fin


    Tulisan ini merupakan insight yang saya dapatkan dari Live instagram panutan saya @adjiesantosoputro dan @nagotejena yang membahas tentang insecurity pada tahun 2020.
    Continue Reading

    Untukmu,
    Semoga dalam keadaan baik.

    Dari semua kalimat yang tidak sempat tersampaikan, aku ingin katakan terima kasih. Karena pernah hadir dan sempat menghabiskan waktu bersama walaupun sebentar.
    Kehadiranmu bagi ku seperti cahaya. Memberikan terang di lorong yang gelap nan berdebu. Menenangkan jiwa dan memberi kekuatan pada diri yang rapuh.

    Tak semestinya aku merasa terluka apalagi berduka. Karena sesungguhnya kadar mencintai tertinggi adalah turut bahagia ketika melihat yang dicintai bahagia.
    Meski bahagianya bukan karena aku.

    Aku hanyalah sebuah jembatan yang menjadi teman kala kau kesepian. Sementara kau terus berjalan menuju dia yang telah menunggumu di ujung jalan. Aku hanya perantara yang menemanimu menuju bahagia. Maka, tidak semestinya aku merasa terluka apalagi berduka atas semua yang telah terjadi. Kini kau telah berbahagia. Dan tugasku sudah selesai.

    Mungkin benar, kau bukan ditakdirkan untukku. Sejak awal memang tak ada cinta diantara kita. Hanya aku yang terlalu peduli, terlalu mudah menaruh harapan hingga akhirnya tersakiti sendiri. Aku mengerti. Kau tidak berniat menyakiti. Kau hanya memperjuangkan cinta. Untuk apa memikirkan bagaimana perasaan ku tentang kepergianmu.
    Kau memilih apa yang paling baik untukmu, begitu kan?

    Namun, apabila hal itu berlaku pula untukku, boleh kah aku memperjuangkan cinta ini? Nyatanya, rasa ini begitu menggangu. Dia tak kunjung pudar meski kau telah hilang dari sisi.

    Di penghujung malam setiap harinya, aku bermimpi tentang kita. Merajut kasih sambil tertawa bersama. Duduk di beranda menonton senja sambil bercerita tentang rutinitas yang begitu-begitu saja. Kau dengan kopi susu favorite-mu dan aku dengan chamomile hangat yang menenangkan.
    Di sebuah bangunan yang kita sebut rumah, yang menjadi tujuan untuk pulang, yang kau rancang dan kau bangun sendiri. Karya yang selalu kau agung-agungkan, dan aku hanya bisa tertawa tiap kali kau memuji dengan berlebihan.

    Kini aku menyadari. Aku tidak semestinya terluka apalagi berduka atas kepergianmu. Aku semestinya terluka dan berduka atas mimpi-mimpi dan definisi tentang kita yang tak akan nyata.
    Continue Reading

    "Kenapa?"
    Sebuah pertanyaan yang dibalas kesunyian.
    Laki-laki yang berdiri di ujung jalan gelap ini bergeming. Tidak mengindahkan si gadis yang gemetar karena berusaha bertahan dengan sisa energi yang masih dimiliki.

    Dari sekian banyak kalimat yang ingin disampaikan, gadis itu pada akhirnya memilih diam sambil menatap sendu punggung laki-laki yang kini hampir tak terlihat. Semakin lama sosok itu semakin menjauh, buram, dan hilang dari pandangan.
    Dia menunduk. Meratapi jari-jari kakinya yang tidak terlindungi oleh alas kaki sama sekali. Rambutnya yang tergerai panjang menutupi sebagian wajahnya yang memerah. Dia marah. Dan kecewa. Atas pertanyaan-pertanyaan yang tidak mendapat jawaban. Atas dirinya yang ditinggalkan dengan kebingungan. Atas semua janji yang ternyata hanya basa-basi.

    Ia tak lagi bisa menahan tangis, yang menderas beriringan dengan rinai hujan yang turun dari langit. Dia terpaku di tempatnya berdiri, dalam diam masih berharap laki-laki itu berbalik, dan membawanya ke pelukan.

    Ribuan detik yang menjadi belasan bahkan puluhan minggu pun terlewat, namun yang ditunggu tak kunjung kembali. Gadis itu menjalani hidup dengan memakan asumsinya sendiri, menebak-nebak jawaban atas pertanyaan yang tak kunjung mendapat pencerahan.

    Kepalanya riuh dan padat dengan seribu pertanyaan tentang bagaimana kini si laki-laki menjalani kehidupan. Apakah dia baik-baik saja, apakah dia makan dengan baik, apakah dia tidur dengan cukup, termasuk; apakah dia pernah memikirkanku meskipun hanya sekali?

    Satu waktu gadis itu marah dengan dirinya sendiri, bahkan hampir membenci. Jatuh berkali-kali dan rasa sesak yang tak kunjung hilang adalah temannya dalam menjalani hari-hari. Dia lelah dengan semuanya. Dia ingin kembali baik-baik saja. Setiap hari baginya adalah sebuah cobaan, hingga akhrinya menjadi kuat adalah satu-satunya pilihan.
    Terkadang ia merutuki dirinya sendiri atas apa yang telah berlalu. Berandai-andai hubungan ini tidak pernah terjadi.
    Seandainya ia tahu bahwa mencintai akan semenyakitkan ini, tentu ia tidak akan membiarkan bibit cinta tumbuh dan berkembang.
    Seandainya ia tahu bahwa kisahnya akan berakhir pilu, maka tak akan diiyakan pertemuan pada sore itu.
    Seandainya ia tahu bahwa alasan mereka bertemu adalah untuk dipatahkan, ia tidak akan memberikan hatinya sejak awal.
    Seandainya ia tahu bahwa semua kata-kata dan afeksi yang diberikan adalah palsu, maka ia tidak akan mengamininya.
    Seandainya ia tahu bahwa dirinya hanya dijadikan tempat singgah sementara, maka ia tidak akan menjadikannya tujuan.

    Beberapa orang bilang ada kata-kata yang lebih baik tidak diucapkan, tapi sepertinya hal tersebut tak berlaku bagi gadis itu. Kenyataannya, kini ia masih hidup dalam bayang-bayang.
    Continue Reading


    Diantara pilihan benar atau salah, tuan menganggap berada di tengah adalah sebuah pilihan yang tepat. Maafkan bila diri ini lancang, namun apakah sebenarnya Tuan memang tidak punya pendirian?

    Tuan datang dengan harapan dan afeksi yang semu, memberikan kenyamanan pada puan yang kesepian. Puan yang malang jatuh hati pada Tuan yang hanya basa-basi, lumayan untuk menjadi teman cerita--kata Tuan.

    Puan yang ragu-ragu memilih tetap bertahan untuk menghormati kehadirannya, namun Puan lupa bahwa tak ada tamu yang menetap selamanya.

    Puan tidak pernah memintanya datang. Apalagi meminta untuk diporak-porandakan. Kehadiran Tuan tidak menyisakan apapun selain rasa sakit.
    Puan menangis sendirian di kamar, Tuan tertawa tanpa beban.

    Oh, Puan yang malang berusaha bangkit dari keterpurukan, sementara Tuan merasa benar karena tentu saja ego lebih besar daripada perasaan.

    Bagaimana, Tuan?
    Apakah menyenangkan bermain-main dengan hati seseorang?
    Sungguh di atas bahagia yang kini Tuan rasakan, ada sebuah perasaan berharga yang telah kau sia-sia kan.
    Tuan jangan menyesal, karena puan tidak kehilangan apapun, tapi tuan yang kehilangan puan.
    Continue Reading
    Older
    Stories

    Pageviews

    About me

    Photo Profile
    Zahra
    Human Being

    Hi, i'm Zahra. I'd love to share about my life experiences and my healing journey. Rara's space is home for me since 2012 and I want this to be your home too. Feel free to greet me at the first place! Let's be friend :)

    KNOW ME MORE

    • goodreads
    • instagram
    • wattpad

    Tags

    Gap Year Lifestyle Self-Improvement Travel Writing

    Let's Be Friends!

    Sign UP

    Name

    Email *

    Message *

    Blogger Perempuan
    instagram goodreads linkedin

    Created with by BeautyTemplates

    Back to top